One Man One Reduce One Reuse One Recycle
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari hampir 17.000 pulau. Hebatnya lagi, Indonesia meiliki luas hutan sekitar 884.950 kilometer persegi atau sekitar 46,46 persen dari luas wilayahnya yang dapat menjadi tempat tinggal berbagai flora dan fauna. Tidak hanya kekayaan di darat saja yang dimiliki tapi Indonesia juga kaya akan sumber daya alam serta kekayaan lautannya. Sebagai warga Indonesia kita patutlah berbangga terhadap kekayaan alam yang ada di Indonesia. Mirisnya, kekayaan yang dimiliki di Indonesia tidak benar dilestarikan dan dijaga dengan baik seperti yang dilansir di The Guinness Book of World Records pada tahun 2008 saja Indonesia menempati peringkat pertama dalam kerusan hutan. Indonesia setiap tahunnya kehilangan 1,8 juta hektar hutan dan the UN Food & Agriculture Organization's (FAO) menunjukkan, Indonesia menghancurkan kira-kira 51 kilometer persegi hutan setiap harinya, setara dengan luas 300 lapangan bola setiap jam. Kerusakan lingkungan yang akhir-akhir ini sering terjadi adalah akibat dari kesalahan manusia sebagai pengelola lingkungan serta sifat egoisme masing-masing individu yang menginginkan segala keinginannya untuk dituruti, tanpa memperhatikan kepentingan dan akibatnya bagi orang lain.
Kehidupan manusia yang serba canggih dan modern saat ini bukan berarti menjadikan kita terbebas dari segala macam ancaman bencana lingkungan. Karena justru akibat dari kehidupan dan teknologi modern yang setiap waktu terus berkembang itu membuat banyak masalah kerusakan lingkungan. Hal tersebut dapat terjadi karena sedikitnya jumlah teknologi yang penerapannya ramah lingkungan. Adapun dengan kemajuan teknologi yang semakin modern dan canggih juga terkadang membuat pemakaian plastik dan sterofoam semakin tinggi karena dianggap sebagai suatu barang yang ekonomis untuk digunakan. Padahal dibalik “kepraktisan” tersebut ada dampak negatif yang ditimbulkan kepada lingkungan. Perlu diketahui bahwa untuk menguraikan plastik butuh sekitar 80 tahun sedangkan sterofoam sama sekali tidak dapat diuraikan. Mirisnya, pemakaian sterofoam kian marak terutama dikalangan pedagang kuliner karena dirasa efisien dan tergolong murah.
Sampah dan limbah masyarakat maupun industri rumah tangga yang biasanya berupa plastik dan sterofoam dikelola secara “asal-asalan” dan tidak sistematis mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan yang mungkin awalnya hanya dianggap biasa saja akan tetapi tanpa kita sadari dapat menimbulkan dampak lingkungan yang sangat mengerikan dan merugikan bagi semua makhluk hidup yang tinggal disekitarnya. Jika hal-hal diatas terus-menerus terjadi tanpa adanya penanganan yang cepat, tepat, dan cerdas, tentu hal itu akan semakin memperburuk kondisi lingkungan kita. Selain itu juga memperpendek umur lingkungan serta membebani masalah bagi generasi penerus bangsa. Dan semakin lama semakin parah, sehingga penanganannya pun akan semakin sulit.
Manusia sebagai makhluk yang berakal mempunyai tanggung jawab yang sangat berat dalam hal ini. Dengan mempergunakan akalnya, manusia dapat menentukan segala kebijakan dalam mengelola dan menjaga lingkungan agar terhindar dari bencana. Tugas manusia tidak akan terasa memberatkan jika semua bersinergi untuk mencapai satu tujuan.
Salah satu contoh upaya penanganan sampah plastik dan sterofoam selain mengurangi penggunaan di masyarakat kita juga dapat menggunakannya sebagai suatu barang yang telah dibuang tapi ternyata memiliki nilai jual kembali seperti halnya dibuat kerajinan tangan atau juga wall art yang menarik sehingga dari bahan yang dianggap “bekas” juga memiliki nilai artistik yang tinggi. Adapun pemikiran lainnya adalah dicanangkan program “One man one reduce one reuse one recycle. Maksud dari program ini adalah setiap seseorang membeli barang atau produk yang dikemas dalam plastik atau sterofoam mereka harus dapat memanfaatkannya menjadi barang yang bernilai jual.
Tidak hanya berhenti sampai pada pemikiran solusi tersebut tapi tetap perlu dipikirkan lagi ide-ide lain bagaimana cara mengatasi permasalahan sampah plastik dan sterofoam ini. Lalu apa tindakan kita seharusnya ketika dihadapkan pada bencana lingkungan? Akankah kita hanya berdiam diri menjadi penonton atau hanya ikut larut dalam kesedihan yang tidak berujung. Jika jawabannya iya maka mulai saat ini kita harus mengevaluasi diri kita masing-masing. Saatnya kita tidak saling menyalahkan satu sama lain. Sekarang yang harus kita cari adalah bagaimana mencari solusi dari permasalahan bencana lingkungan yang terjadi, selain itu perlu dicari pula upaya pencegahannya. Hal ini perlu diwujudkan sebaik-baiknya dan jangan hanya menjadi wacana sebuah program diatas kertas.
Komentar
Posting Komentar