Brand Image, Industri Kretif Cinta dan Bangga Karya Anak Bangsa
Jumlah penduduk Indonesia
seperti yang dilansir dalam data resmi sensus penduduk tahun 2010 yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik tercatat sebanyak 237.641.326 jiwa, lalu jika sebagian besar dari
masyarakat Ibu Pertiwi ini hanya bangga terhadap berbagai macam merk branded luar negeri yang dimiliki, lantas
apa jadinya negara ini yang hanya diam membiarkan bangsa lain menikmati keberhasilannya.
Hal yang menjadi crucial adalah daya
saing Indonesia dengan negara lain masih dianggap kurang mampu bertahan
ditengah produk luar negeri. Dalam suatu sudut pandang, persaingan dinilai
sebagai hal yang dapat mengembangkan ekonomi global bahkan diberbagai negara
dijadikan sebagai kunci utama terbukanya perdagangan internasional. Sebuah negara
akan dengan mudah diukur tingkat kemakmuran perekonomiannya dari seberapa
tangguh negara tersebut mampu bersaing secara kualitas dan kuantitas atas
produk yang dihasilkan untuk bersaing diantara gempuran produk dari negara lain.
Daya saing juga akan menjadi suatu ranah yang tepat agar dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi suatu negara atau bahkan lebih dari itu yakni membangun
konektivitas dengan menemukan strategi yang tepat dalam memproduksi, memasarkan
serta mendistribusikan suatu produk yang dihasilkan.
Sayangnya, sebagian
besar masyarakat Indonesia terlanjur mendoktrin pola pikirnya untuk lebih
membanggakan produk luar negeri entah karena kualitasnya, nama brand atau latar belakang lainnya.
Bahkan tidak sedikit orang yang rela untuk merogoh kocek yang agak sedikit
dalam demi mendapatkan produk luar negeri tapi sayangnya hal tersebut terasa
enggan dilakukan untuk produk dalam negeri sendiri. Indonesia yang dulu sempat digadang-gadang sebagai “Macan Asia” karena
pertumbuhan ekonomi pada 1980-an hingga pertengahan 1990-an nilainya naik
hingga lebih dari 7% tiap tahunnya namun saat ini macan kebanggaan Asia
tersebut sudah tidak terdengar lagi gaungnya. Sekarang cobalah menengok ke
negara seberang yaitu Korea yang notabenya dulu dianggap bukan sebagai tandingan
Indonesia akan tetapi siapa yang mengira saat ini banyak barang Indonesia melakukan
impor dari negara yang bersangkutan mulai dari pakaian, kosmetik, bahkan bursa artis, musik, film
juga sangat digandrungi.
Pada
dasarnya, hasil produk dari Indonesia juga banyak yang menghasilkan
produk–produk berkualitas. Beberapa contonya yakni tidak jarang masyarakat
disarankan membeli produk pangan dari dalam negeri bukan tanpa alasan karena
nutrisi dan mutunya lebih baik sebab dijual dalam keadaan segar dan terkadang
harganya relatif lebih murah dibandingkan produk pangan luar negeri. Hal
lainnya yang mungkin akan mencengangkan bagi masyarakat Indonesia karena
nyatanya beberapa produk luar negeri seperti tas, sepatu, ikat pinggang, bahan
dalam jaket, dan barang lainnya ternyata menggunakan tenaga hingga bahan baku
bantuan dari Indonesia. Barang tersebut diproduksi sampai setengah jadi di
Indonesia dengan bahan dan tenaga kerja dalam negeri kemudian barang tersebut
di ekspor kemudian diolah kembali menjadi barang siap pakai dengan label
terkenal. Intinya orang-orang yang berbelanja barang branded bisa saja barang tersebut dari Indonesia yang dijual ke
luar negeri lalu oleh negara asing tersebut diberikan sentuhan nama merk dan penambahan nilai artistik kemudian
menjualnya kembali di Indonesia ternyata meledak di pasaran. Memilukan sekali,
tentu yang seharusnya produk Indonesia itu menjadi raja di negeri sendiri
bahkan tak dihiraukan keberadaaanya. Banyaknya monopoli dan tidak adanya
kepercayaan masyarakat terhadap produk lokal membuat produk luar negeri lebih
dapat mengendalikan pasar sehingga menjadikan minat masyarakat cenderung ke
produk luar negeri.
Bukannya
para produsen lokal yang sengaja menawarkan barang kualitas rendah namun belum
sempat ada konsumen yang membeli dan memberikan saran agar dapat memperbaiki
serta mengembangkan kualitas industri dalam negeri ternyata dongeng indah
tersebut diluluhlantakkan barang-barang dari luar negeri semakin ramai
menghiasi etalase produk di Indonesia. Usaha perdagangan lokal yang berusaha merintis
dari bawah bahkan belum pernah mencapai titik teratasnya. Sebuah kualitas tidak
serta merta akan menjadi bagus karena semua hal harus melalui tahapan proses
pematangan kualitasnya sendiri. Meskipun demikian produk Indonesia tidak
semuanya yang memiliki kualitas yang buruk butkinya banyak produk yang
mempunyai akreditasi yang baik dari segi kualitas. Dukungan dari masyarakat
Indonesia adalah suatu hal utama yang dibutuhkan untuk keberlangsungan bisnis.
Industri
kreatif di Indonesia masa ini sangat berkembang keberadaannya butkinya dengan
meningkatnya sektor ekonomi kreatif ini sekitar 5,76% atau dapat dikatakan
sedikit lebih ungggul dari pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sebesar
5,74%, kutipan data tersebut didasarkan oleh pernyataan Menteri Perindustrian
Indonesia pada peresmian Konferensi Internasional Industri Kreatif atau International Conference Creative Industry
(ICCI) 2015 di Denpasar, Bali. Kegiatan bisnis merupakan salah satu cara yang
paling efektif untuk melakukan peningkatan perekonomian. Istilah Industri
kreatif yang muncul saat ini ternyata
pertama kali berkembang dari Partai Buruh di Australia pada tahun 1997,
namun sekarang telah diadopsi oleh hampir seluruh negara untuk dikembangkan keberadaaannya.
Semakin kuat peranan aktivitas ekonomi kreatif menjadi suatu kekuatan ekonomi negara. Meskpipun
pemaparan mengenai industri kreatif sudah sering dimuat namun masyarakat masih
kurang aware terhadap pentingnya
peranan ekonomi kreatif dalam roda bisnis negara. Sangat disayangkan bahwa
menurut Menteri Koperasi dan UKM pada kabinet kerja Presiden Joko Widodo, Drs.
Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, jumlah pengusaha hanya sekitar 1,65% saja
dari total jumlah penduduk Indonesia dan tertinggal cukup jauh dari negara-negara
tetangga seperti Singapura sebesar 7%, Malaysia mencapai angka 5% dan Thailand
4%. Industri kreatif diharapkan sebagai bisnis yang bergerak melalui potensi
produk lokal baik bahan dan sumber daya manusianya agar dapat diangkat serta
dikembangkan dengan keuinikan atau ciri khas produk tersebut dengan sentuhan
kemampuan teknologi. Pemikiran yang berkembang lebih jauh bahwa ekonomi kreatif dapat pula menggunakan
barang bekas yang diolah menjadi produk bernilai jual karena dengan begitu
turut membantu mengurangi sampah, penggunaan energi, efek rumah kaca, polusi.
Ide
untuk menciptakan suatu bisnis kreatif dapat timbul berdasarkan imajinasi,
lingkungan, perasaan, atau buah pemikiran. Banyaknya generasi muda di Indonesia
merupakan sebuah peluang untuk terus mengembangkannya dan menanamkan pada diri
masyrakat bahwa selalu gunakanlah barang produksi dalam negeri. Semakin
terbukanya pemikiran rakyat tentang pentignya mencintai produk lokal tidak
hanya mengangkat perekonomian daerah bahkan negara pun mendapatkan imbasnya.
Alasan lainnya dengan penggunakan brand dalam
negeri adalah turut memperbaiki kualitas produk karena dengan banyaknya
masyarakat yang menggunakan barang olahan Indonesia maka seiring berjalannya
waktu produsen akan memperbaiki kualitas produknya serta hal lain yang dianggap
kurang. Kuatnya suatu produk dalam negeri otomatis akan mendorong hasil karya
tersebut untuk siap dipasarkan secara internasional. Sebagai contoh yang nyata
ternyata produk industri kreatif bangsa juga tengah dalam keadaan yang
menggembirakan bagaimana tidak produk dari sektor fashion merupakan salah satu penyumbang kontribusi yang cukup besar
pada perdagangan ekspor yakni sebesar 61,13% dari total produk industri kreatif
yang dikirim ke luar negeri atau jika dirata-rata Rp53,94 triliun per tahun.
Tidak
hanya berhenti sampai menanamkan makna untuk mencintai produk lokal saja namun
jiwa kewiraushaan generasi penerus bangsa ini harus ditingkatkan agar tidak
menjadi individu yang selalu konsumtif. Menjadi seorang wirausaha juga harus
memiliki jiwa kepribadian wirausaha apabila sudah terbentuk dengan baik maka
akan turut meningkatkan performa bisnis dan kinerja usaha kecil menengah
utamanya bidang industri kreatif. Para wirausahawan harus juga membangun
ekuitas merek dengan menetapkan elemen penting yang ingin diangkat serta merancang
pemasaran holistik yang didasari konsep yang berbasis
pengembangan, desain, implementasi dan aktivitas proses pemasaran. Jika hal
tersebut diterapkan dengan tepat maka dengan sendirinya konsumen akan memiliki
nilai ketergantungan yang tinggi terhadap barang produksi anak bangsa.
Pendekatan holistik sebenarnya didasari pada cara untuk menemukan jalan keluar
bagi permasalahan pemasaran yang kompleks dan luas.
Oleh
sebab itu, pertumbuhan ekonomi kreatif turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
di Indonesia. Salah satu yang dapat ditanamkan dalam diri masyarakat adalah
dengan bangga membeli serta menggunakan produk anak bangsa. Selain itu,
membiasakan diri untuk menjadi seorang yang lebih produktif dengan tidak hanya
menjadi manusia konsumtif tapi mencoba menjadi seorang penggagas dan penghasil
produk dalam negeri. Wirausahawan dalam negeri saat ini sedang gencar
memproduksi berbagai barang utamanya dari sektor industri kreatif yang namany
semakin exist di laur negeri. Dengan
begitu masyarakat harus semakin yakin bahwa Indonesia mampu baik secara
kualitas, kuantitas dan aspek lainnya untuk bersaing dengan produk luar negeri
lainnya bahkan menjadi penguasa di negaranya sendiri. Bukti bahwa Indonesia
negara yang hebat adalah ketika ekonomi global melemah dan masih berusaha
bangkit dari krisis tahun 2008 ternyata krisis utang Eropa mengguncang
menimbulkan tekanan di pasar keuangan domestik di tahun 2010 namun perekonomian
Indonesia ternyata mampu menahan guncangan global bahkan pada tahun 2010 dan
2011 tingkat perekonomian Indonesia mampu tumbuh diatas 6,0%. Mulailah menjadi
generasi produktif dan mencintai produk dalam negeri melalui industry kreatif!
Komentar
Posting Komentar